Pramugari Yang Menggoda

Kali ini gua mau share pengalaman gua dengan pramugari di pesawat waktu gua dinas ke suatu kota besar. Gua dinas untuk presentasi konsep advertising ke client di kota tersebut. Untuk sampai ke kota tersebut gua menggunakan pesawat tebang komersil. Berhubung uang dinas gua dikasih full cash jadi gua pilih maskapai yang low cost (lumayan buat nabung). Maskapai penerbangan  yang sangat terkenal dengan low-cost nya.

Oke sore itu gua sedang menunggu di ruang tunggu gate di bandara ibukota. Gua saat itu masih bergaya santai lhaa. Kacamata hitam aviator, kaos oblong hitam dan celana pendek khaki plus slope bahan canvas. Santai banget emang saat itu, karena presentasinya dilaksanakan besok paginya. Gua Cuma bawa ransel untuk baju formal dan laptop. Sekitar 45 menit menunggu akhirnya boarding juga. Sebelum masuk pesawat tentunya antri dulu buat cek tiket. Dan karena gua udah nunggunya dari awal, dibarisan itu gua urutan paling depan. Otomatis gua orang pertama yang masuk pesawat duluan. Ketika gua masuk pesawat itu gua disambut oleh pramugari-pramugari cantik yang sudah berdiri di pinggir-pinggir kursi penumpang. Seketika mata gua tertuju sama satu pramugari yang cantik banget. Cantiknya itu sensual banget. Kulitnya putih mulus. Rambutnya hitam dicepol ala pramugari-pramugari gitu. Pas gua lihat bodynya, lekuk tubuhnya benar-benar kebentuk sama seragam batik merahnya yang menurut gua sangat ketat. Bahkan ternyata paling ketat diantara pramugari lain. Buah dadanya bulat dan sangat menonjol dari seragamnya itu. Perutnya rata, pinggangnya sempit dan melbar dipinggul. Roknya pun juga ketat dan membentuk pantatnya yang benar-benar mancung kebelakang. Tingginya kurang lebih 160an, ga terlalu tinggi, tapi ga pendek juga.

Entah karena mata gua ga berpaling dari dia atau apa, tiba-tiba dia mendekati gua yang masih berdiri di ujung kabin. “kursinya nomor berapa Mas?” “eng, eeng, no..” gua gugup karena ga nyangka si sexy itu menghampiri gua. “coba sini saya lihat tiketnya.” Dia motong kegagapan gua dengan langsung megang tangan gua dan dilihatnya tiket gua. Gila bukan tiket yang dia pegang, tapi tangan gua, sengaja kali ya. “Ooh 31 D, mari saya antar Mas.” Gila! Tangan gua sekarang digandengnya. Dan 31 D itu posisinya agak belakang, kita berjalan dari ujung depan, lama juga gua digandengnya.

Akhirnya sampe gua di baris 31. Ternyata kursi gua si 31 D itu letaknya berhadapan persis sama kursi pramugari yang didekat pintu darurat. “boleh aku taruh di bagasi kabin Mas tasnya?” dengan manisnya dia tersenyum ketika gua duduk dikursi gua. “oh boleh.” Gua menyodorkan tas gua kedia dengan agak tebar pesona. Dengan senyum manisnya itu dia ambil dan berusaha meletakkan tas gua di bagasi tepat diatas kursi gua. Karena tubuhnya tidak terlalu tinggi dia mengangkat tangannya lurus keatas untuk memasukkan tas gua. Otomatis seragam atasannya yang ketat dan pendek itu terangkat tinggi. Dan dia tidak mengenakan kaos dalam. Pusar di perut kecilnya terpampang tepat sejajar dengan mata gua. Seragamnya terangkat hampir setengah jengkal dari pusar. Putih banget kulitanya, dan astaga! Gua baru sadar karena dia berusaha untuk meninggikan tubuhnya agar dapat meletakkan tas gua otomatis perutnya mengecil. Lingkar roknya otomatis melonggar dan merosot jauh dari pusarnya. Gua pun melotot melihat ada bulu-bulu sangat halus tanda awal daerah bulu kewanitaannya. Syit! Apa dia ga pake cd? Atau mungkin cd nya ikut merosot. Dan bulu-bulu halus itu hanya berjarak 3 jari dari mulut gua. Dan saat itu gua baru ngeh kalo belahan rok ketat seragamnya itu terbelah dibagian depan kaki kirinya sampai ke pangkal pahanya. Ya, benar-benar pangkal paha. Sedangkan pramigari yg lain gua perhatikan belahannya sampai setengah jengkal dibawah pangkal paha.

Gua menyadarkan diri yang sudah mulai terbuai oleh tubuh si pramugari cantik ini dan segera berdiri membantu dia. Gua melangkah kebelakang tubuhnya dan mencoba membantu tangannya untuk meletakkan tas gua. Seluruh bagian depan tubuh gua nempel dengan bagian belakang tubuhnya. Si penis gua pun juga ikut nempel di pantatnya yang kencang itu. Dan gua ga tahu dia sengaja atau memang karena sulitnya posisi tangan dia, pantatnya bergeser naik-turun. Aduh, penis gua bener-bener terbawa suasana mulai menegang dan menyundul-nyundul daerah belahan pantatnya. Setelah gua bantu dia akhirnya tas gua bisa diletakkan dengan rapi di bagasi tersebut. Kemudian si pramugari membalik badannya sebelum gua sempat melangkah mundur. Akhirnya bagian depan tubuhnyanya yang sekarang nempel dengan tubuh gua. Alamak besar juga buah dadanya menempel sesak ke dada gua. Dan betul saja si kecil dibawah makin tegang dan menekan dari dalam celana gua ke selangkangannya. “eh, umm, terima kasih mas.” Sambil tersenyum malu, mukanya memerah. Gua mundur selangkah “eh iya, sama-sama, Desi.” Gua baca nama itu di nametag di dadanya. Akhirnya gua duduk lagi ke kursi gua. Desi menunduk kecil sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum berbalik dan membantu pramugari yang lain. Saat dia melangkah membelakangi gua, gua perhatikan bulatan pantatnya yang bergoyang-goyang seirama dengan langkah kakinya. Amboy, montoknya pantat si desy, tapi ada sesuatu yang kurang. Gua ga melihat garis cd nya terjeplak di rok yang super ketat itu. Wah gile, beneran ga pake cd atau pake g-string nih si sexy desy, kalo g-string pasti pakai yang model belakangnya Cuma tali yang nyelip masuk belahan pantatnya itu. Kira-kira warnanya apa yaa, ah mulai ngeres otak gua.

Setelah lumayan lama para penumpang diatur untuk duduk tertib peragaan keselamatan pun di lakukan. Setelah itu para pramugari ke posisi take-off yaitu duduk di kursi kecil yang bisa dilipat. Entah kebetulan atau tidak, si sexy desy duduk benar-benar didepan gua. Lutut gua sama lutut dia hanya berjarak dua jari. Dan alamak, belahan roknya yang sampai pangkal pahanya itu terbuka maksimal. Paha kaki kirinya full terlihat hingga lekukan di pinggulnya. Gua sampe ga sadar pandangan gua ga pindah-pindah, bahkan ga kedip, membuat si desy tersenyum-senyum malu tapi tidak merubah posisinya agar lebih tertutup. Bahkan ketika lampu kabin di redupkan karena sudah mau takeoff, desy entah karena apa dia merubah-rubah posisi pantatnya. Gerakan-gerakan itu malah membuat bagian rok yg lebih luas yang menutup bagian tengah selangkangannya makin bergeser kekanan. Dengan samar- samar karena cahaya lampu kabin yang redup gua lihat seperti rambut-rambut halus dengan garis belahan ditengahnya. Jantung gua berhenti sejenak pas tahu dia ga pake cd sama sekali, dan dia dengan senyum manisnya seperti memamerkan ke gua.

Setelah pesawat stabil, lampu kabin nyala, gua makin melotot melihat belahan mekinya semakin terang walopun cuma terlihat sedikit diantara celah pahanya dan kain roknya. Ga berselang lama dia merapatkan pahanya, mencabut sabuk pengamannya, dan ini yang gua ga percaya, sambil berdiri dia mengedipkan mata dan berkata dengan hanya menggerakkan bibir tanpa ada suara yang dapat kubaca “lavatory”. Kemudian si desy berbalik badan dan menuju ke ujung depan kabin. Dari kursi gua duduk gua perhatiin dia sedang menyiapkan checklist untuk pilot.

Karena gua penasaran dengan gerak bibirnya Desy yang bilang “lavatory” akhirnya gua bangkit dan menuju lavatory di ujung depan kabin. Ketika sampai di ujung kabin, ternyata ada dua pramugari lain yang ga terlihat oleh gua tadinya sedang merapikan sanggul rambutnya. Gua senyum dan langsung mengarahkan pandangan gua ke Desy. Ekspresi Desy biasa-biasa aja, ga ada indikasi ajakan atau apapun. Sialan ketipu nih gua, uda kadung di depan lavatory, masuk aja padahal ga mau kencing. Pas gua mau tutup pintu lavatorynya tiba-tiba ada yang nahan pintu itu. Ternyata si Desy yang langsung agak mendorong dada gua kea rah dalam lavatory. Klek! Langsung dia kunci sendiri. “eh, kan di luar masih ada temen kamu.” “gapapa kok, mereka juga ngerti.” Desy menjawab dengan nada manja sambil langsung membuka resleting celana gua. Gua yang ga nyangka panic dan kehilangan keseimbang sehingga gua ambruk terduduk di closetnya yang kebetulan masih ketutup. Nambruknya gua itu seirama dengan tarikan tangannya si Desy di celana gua, jadi sekejap celana gua udah lepas dari kaki gua. Yap tidak ada pelapis lagi setelah celana gua itu, si otong langsung tegap gagah. Tanpa babibu si Desy langsung jongkok didepan gua, tangannya meraih senjata gua, dikocoknya dengan lembut. Matanya melihat gua tajam dengan senyuman yang sangat menggoda. Ga lama Desy menciumi si otong, kemudian dikulumnya. Hisapannya benar-benar bikin darah naik ke ubun-ubun kepala. Biji gua juga ga ketinggalan dijilatnya. Gua bener-bener ga tahan, gua angkat bahunya dia langsung bangkit, menyibak roknya yang terbelah hingga pangkal paha itu, kaki kirinya memijak step yang lebih tinggi di sebelah closet. Lalu segera dia mengarahkan mekinya ke penis gua. Ditempelkan bibir vaginyanya ke ujung si otong langsung perlahan dia tekan pantatnya. Uugh, rasanya sempit banget ini mekinya Desy. Kedua tangannya melingkar dipundak gua. Bless, masuk semua si otong didalem mekinya Desy. Perlahan pantatnya naik-turun. Semakin lama semakin dipercepat. Gua ciumin leher si Desy yang terpampang tidak terhalang oleh rambut. Tangan gua ga kalah, payudara sekalnya gua remas-remas halus.

Goyangan pantat desy semakin memburu. Desahannya pun semakin keras. Gua agak takut kedengeran keluar, dimana terkahir sebelum gua masuk mereka masih disitu. “hh,huhh,kamu mau nyusu sayang?hh” sambil menggenjot pantatnya dia bisik-bisik ke gua. “mau, buka dong hmh, cepet, engh.” Gua juga tersengal-sengal. Tangan Desy langsung membuka resleting blkg bajunya, dan dengan cepat membuka keatas hingga lepas baju seragamnya. Wow! Payudaranya gede juga, bulat Kenyal putih banget. Dan yang gua ga nyangka pentilnya warna pink. Gua yang takjub terbengong di tengah-tengah genjotan Desy yang melambat. Desy pun langsung menarik kepala gua dan muka gua dbenamkan tepat dipayudara kanannya. “isep dong sayang jangan diliatin aja.” Langsung isep dalem, gua gigit-gigit kecil. Desy kegelian banget keliatan dari genjotannya semakin nafsu. “uufhh, mantap sayang, hh, yang, hh, kiri doong.” Gua nurut, langsung gua lahap yang kiri tanpa ampun. Pantat gua pun ikut gua genjot seirama sama goyangan si Desy. “terus sayang wuuh, enak, terus, aku mau keluar sayang.” “aku juga desy, goyang yang heboh sayang.” Goyangan kita makin kencang banget. Tiba-tiba Desy memeluk erat tengkuk gua dan mendangak keatas sambil mendesah keras “whuuuuooohh, akuu keluaar saayaang.” Gua semakin nafsu, pantat Desy semakin pelan goyangannya, jadi gua hantam terus pantatnya dari bawah agak kasar. “yeah, sekarang aku desy sayang.” “iyah, keluarin didalem yang.” Desy agak lemas sambil mengelus-elus dekapannya dikepala gua. Akhirnya gua keluar banyak banget didalem vaginanya. Gua peluk erat si Desy sambil masih gua cium-ciumin payudaranya.

Kita berpelukan erat lumayan lama, sampe akhirnya Desy turun dari pangkuan gua, membenarkan roknya lagi, dan memakai seragam batik merahnya lagi. Gua masih duduk lemas menikmati tubuh indah Desy. Setelah bercermin dan membenarkan tata rambutnya Desy berkedip ke gua sambil senyum manisnya menandakan kata terima kasih. Kemudian Desy keluar lavatory saat gua belum bebenah. Saat dia buka pintu, 2 temannya tadi ternyata masih disitu. Mereka sempat melihat gua dan melambaikan senyum yang sama dengan Desy sebelum akhirnya pintu ditutup kembali oleh Desy.

Gua merapihkan celana gua dan keluar lavatory. Ketika keluar di markas pramugari itu sudah tidak ada mereka bertiga. Gua kembali ke tempat duduk gua, ternyata mereka sudah berkeliaran kembali menjalani tugas pramugarinya. Beneran gua pun ga percaya sempat ml sama pramugari cantik dan sexy, rejeki nomplok lah. Gua ngarep bisa dapet pramugari sexy lagi, dan kalo perjalanan lebih panjang lagi, gua ngarep bisa dapet lebih dari satu, hehe.
0 Komentar untuk " Pramugari Yang Menggoda "

Back To Top